Presiden AS Barack Obama di depan parlemen Inggris mengatakan ditengah munculnya kekuatan-kekuatan baru, kepemimpinan Barat justru semakin terasa diperlukan. Ia mengatakan pengaruh Amerika, Inggris dan sekutu tetap tak tergantikan. Tentu kepemimpinan Barat harus menyesuaikan diri seiring waktu untuk mencerminkan tantangan ekonomi dan keamanan, demikian tambahnya.
Kita hanya bisa menduga-duga siapa yang disebut sebagai kekuatan-kekuatan baru itu. Kemungkinan kekuatan baru itu adalah negara-negara kekuatan ekonomi baru seperti Cina, Brasil, India atau Rusia dan beberapa negara lain yang membentuk persekutuan dengan mereka.
Tetapi bagi saya yang lebih menarik tentu saja adalah bahwa dari pidato itu bisa ditarik kesimpulan akan sebuah peringatan agar para pemimpin negara-negara Barat melakukan konsolidasi kekuatan seiring munculnya kekuatan baru itu. Agar pemimpin negara-negara Barat menjaga status quo. Barat adalah pemegang hegemoni tunggal dunia dan seharusnya begitu dan tak hendak itu dilepaskan.
Sejarah Barat
Kalau kita mundur kira-kira seratus tahun kebelakang, di pergantian abad 19 ke 20 hingga ke seperempat awal abad 20, ketika istilah Barat sebagai sebuah entitas politik, budaya, idiologi untuk pertama kalinya muncul; ada beberapa situasi yang mirip.
Istilah Barat muncul sebagai reaksi negara-negara Eropa Barat ketika terjadi pertarungan ide akan bagaimana sebuah negara sebaiknya diperintah setelah terjadi revolusi Rusia 1917 yang ada di timur mereka. Bukan sekadar pertarungan ide politik, tetapi juga ide sastra, filsafat, dan spiritualitas dari Rusia dan juga negara-negara Timur dianggap meracuni kemurnian Barat. Lebih parah lagi semua ide yang ''non-Barat'' dianggap inferior dan harus dicerahkan (untuk meneruskan ide pencerahan yang berujung pada penjajahan wilayah lain di dunia oleh Eropa Barat).
Pada saat yang bersamaan Eropa Barat yang rata-rata penjajah mencoba melakukan konsolidasi bersama setelah muncul gelombang anti kolonialisme menyebar di negara jajahan, yang kebanyakan juga terletak di Timur.
Karenanya sebetulnya istilah Barat adalah propaganda negara-negara Eropa Barat saat itu untuk secara sadar mengelompokkan diri dalam kesatuan, memisahkan diri antara mereka dan kita. Eropa Barat saat itu memerlukan sebuah demarkasi geografis, bahkan kalau itu imajiner sifatnya, untuk menunjukkan batas wilayah dimana identitas, budaya, cara berfikir maupun pilihan politik mereka berbeda dengan yang lain.
Bukan berarti di dalam tubuh mereka sendiri tidak ada perbedaan, tetapi demi kepentingan yang lebih luas mereka memaksakan diri untuk seolah menjadi satu kesatuan. Dengan cara itu, demikian perhitungan mereka, hegemoni bisa dipertahankan.
Barat tetap Barat
Sebagai istilah Barat kemudian perlahan-lahan lepas dari tangan kalangan akademis ke kalangan politisi dan masuk menjadi bahasa populer menggantikan istilah Eropa Barat hingga sekarang ini. Batas geografis imajiner menjadi tidak relevan dengan Amerika masuk dan bahkan menjadi pemimpin Barat.
Lawan mereka bukan lagi Timur, tetapi segala sesuatu yang bisa dibayangkan bukan Barat. Bisa selatan, kiri, kanan, utara, teroris, revolusioner, konservatif atau apa saja. Pada realitanya sekarang ini, kalau barat sedang senang dan kepentingan mereka terjaga, mungkin kita akan juga disebut negara Barat, setidaknya sekutu Barat.
Setiap kali ada potensi ancaman, mereka akan menekankan perlunya konsolidasi dan menganggap ancaman terhadap kepentingan mereka adalah ancaman terhadap kepentingan ummat manusia. Kalau Barat sedang menekan atau mengancam kekuatan lain maka itu demi kemaslahatan ummat manusia.
Dan Pidato Obama memastikan persepsi itu. ''Barat'' yang sekarang masih sama dengan ''Barat'' ketika lahir.
atau biasa dipanggil mas IWAN adalah putra goranggareng asli, kelahiran 13 April 1975. seorang manusia biasa seperti masyarakat kebanyakan yang mencoba untuk hidup lebih baik, berguna untuk keluarga dan tetangga. tidak ada yang spesial pada dirinya kecuali wataknya yang keras kepala namun berhati emas.... atau setidaknya perak.... atau perunggu.... atau apa saja, tergantung dari mana kita memandangnya, siapa yang menilai, dan untuk kepentingan apa penilaian itu. he...he...he.....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar